Referensi: https://tafsirweb.com/1887-quran-surat-al-maidah-ayat-3.html
#Tematik 01: Kemuliaan Hari Arafah
Referensi: https://tafsirweb.com/1887-quran-surat-al-maidah-ayat-3.html
بسم الله الحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى أله و صحبه أجمعين Segala puja dan puji syukur k...
Continue readingSelain tiga makna tersebut, setelah kami membaca tulisan dari Fadhilatu Syaikh Sholih bin Abdul Aziz Alu Syaikh dalam Syarhu Tsalatsatil Ushul, rupanya Ar-Rububiyyah mengandung makna lain yang menunjukkan luasnya cakupan Rububiyyah Allah melebihi apa yang kami ketahui sebelumnya. Beliau mengatakan dalam tulisannya,
Shalallahu alaih wa 'ala alihi wa ashhabihi wa ajma'in. Amma ba'du.
Tulisan kali ini bisa disebut sebuah petuah yang ringan, tapi sarat akan fawaid. Diantaranya ialah bagaimana seorang hamba, hendaknya hanya menuju Allah dalam setiap masalah.
Kami mendengar dari Ustadzuna Nur Cholis -Hafidzahullah- ketika beliau mengajar kitab Al-Tuhfatul Bahiyyah 'ala Al-Mulakhosh Qowaid Lughoh Al-'Arobiyyah dan sampaikan pada kalimat penulis:
تعلم الحياة جهادا (105)
Ketahuilah, hidup itu adalah jihad (perjuangan). (Halaman 105)
Kemudian beliau -Ustadz Nur Cholis-, mengatakan (kurang lebihnya),
"Sesungguhnya hidup itu adalah perjuangan dan setiap masalah kehidupan pasti ada solusinya. Ana teringat dengan cuplikan dari perkataan Al-Imam Muhammad Asy-Syinqiti -Rahimahullah- ada seorang tua yang menceritakan masalahnya. Bahwasannya orang ini telah menikahkan putrinya dengan seorang yang ringan tangannya, suka memukul. Namun ia tak berdaya karena telah lepas tanggung jawabnya terhadap putrinya yang kini dibawah naungan pria lain. Kemudian laki-laki ini meminta nasihat kepada Syaikh.
Lantas Syaikh menjawab, "Aku bisa saja memberimu nasihat tetapi aku harus masuk dalam masalahmu. Namun maukan kamu aku beritahu sesuatu yang lebih baik dari itu? Menujulah kepada Allah."
Lantah orang tua ini melakukan perjalanan umroh dan sampai di masjidil haram di pertengahan malam. Kemudian ia menyelesaikan umrohnya di saat-saat mustajabnya doa. Dengan itu orang tua ini berdoa kepada Allah dengan penuh kehinaan, kerendahan diri, pengharapan kepada Allah. Maka ketika dia telah selesai dengan hajatnya, dia kembali ke tempat persinggahannya dan menerima telpon dari putri yang sangat ia khawatirkan dan ia kasihi.
Ustadz Nur Cholis melanjutkan,Di luar dugaan ternyata putrinya mengabarkan bahwa suaminya telah berubah. Di hari-hari ini suaminya selalu meminta maaf kepadanya atas kesalahan yang telah dilakukan selama ini.
Perhatikan, bagaimana Allah mengabulkan doanya. Ketika seorang hamda datang kepada Allah, berdoa dengan kerendahan diri, kehinaan, pengharapan dan bertawakal seolah ia tidak punya apapun di dunia ini selain Allah, maka Allah mengabulkan donya.
Tidaklah sama antara doa orang yang tidak memiliki apapun kecuali Allah, dibandingkan doa orang yang telah memiliki segalanya.
Bukankah nabi mengatakan,
هل تنصرون وترزقون بضعفائكم؟
"Bukankan kalian ditolong dan diberi rejeki sebab orang-orang lemah diantara kalian?" [1]
Doanya seorang yang bekerja hari ini untuk makan hari ini, berbeda dengan doanya orang yang menerima gaji setiap bulan. Karena doa orang yang lemah lebih ikhlas, sedangkan orang yang tau dia kan menerima penghasilan setiap bulan, sedikit banyak hatinya telah bergantung dengan hal itu. Bahwasannya dia sudah berprasangka dia akan makan besok, lusa dan di hari-hari yang lain.
Sedangkan seorang yang lemah, dia hanya bergantung kepada Allah. Kalau Allah memberinya rezeki, maka dia akan makan. Namun jika tidak, maka dia tidak punya apa-apa selain berdoa kepada Allah dan terus mencari sebab."
Maka kami menyimpulkan dari nasihat di atas, ketika kita datang menuju Allah hendaknya kita melepaskan seluruh atribut duniawi dan prasangka atau bergantung kepada selain Allah. Jadilah kita seorang yang tidak memiliki apapun di dunia ini kecuali Allah saja.
Wabillahi taufiq, wallahu ta'ala a'lam.
Note:
[1] HR. Al-Bukhori